Sekitar 50 orang bersenjata berseragam militer menduduki Bandar Crimea di ibu kota Simferopol. Crimea adalah Republik Otonomi yang menjadi bagian dari Ukraina. Terletak di tepi Laut Hitam, Crimea berpenduduk warga Ukraina berbahasa Rusia. Di situlah kantung utama pendukung Presiden Viktor Yanukovych yang kini memilih kabur ke Rusia, tulis Interfax pada Jumat (28/2/2014).

Menurut media itu, kelompok bersenjata itu menggunakan tiga buah truk untuk tiba di bandara. Mereka juga mengibarkan bendera angkatan laut (AL) Rusia di bandara itu. Kelompok tersebut menguasai terminal domestik Bandara Crimea. Sebelumnya, Kamis, sekitar 100 orang bersenjata berseragam militer menduduki gedung parlemen Crimea. Mereka juga mengibarkan bendera Rusia di atap gedung itu.

Penduduk Ukraina berbahasa Rusia juga banyak berdiam di Sevastopol, Crimea. Sementara itu, Rusia meningkatkan kewaspadaan di perbatasan negara itu dengan Ukraina. Setidaknya, patroli pesawat jet tempur makin intensif di perbatasan tersebut. Krisis di Ukraina masuk babak baru setelah warga di wilayah basis pendukung presiden terguling Viktor Yanukovych mulai melancarkan aksi perlawanan. Bendera Rusia bahkan berkibar di wilayah Crimea, basis pendukung Yanukovych tersebut. Potensi konflik ini ternyata nyata tergambarkan dalam peta berbasis bahasa percakapan sehari-hari.

Krisis Ukraina bermula dari batalnya kesepakatan penguatan kerja sama negara pecahan Uni Soviet ini dengan Uni Eropa pada November 2013. Diduga, pembatalan kerja sama itu gara-gara Rusia yang mendadak memberikan dana talangan senilai 15 miliar dollar AS dan memberi diskon harga minyak. Unjuk rasa yang semula berlangsung damai, pelan tapi pasti menjadi gerakan massa dan bahkan menjadi kerusuhan besar pada Selasa (18/2/2014). Hampir 100 orang tewas dan ratusan orang yang lain terluka dalam bentrok pengunjuk rasa di Lapangan Maidan (Independence Square) yang dibubarkan paksa oleh pasukan keamanan Ukraina.

Lagi-lagi, bentrok pada Selasa berdarah itu dipicu cairnya dukungan 2 miliar dollar AS dari Rusia untuk penanggulangan keamanan di Ukraina. Namun, hasilnya memang kontraproduktif. Pemerintahan Yanukovych pun terguling, parlemen dikuasai oposisi, pemimpin oposisi Yulia Thymoshenko dibebaskan dari penjara, dan Oleksandr Turchynov menjadi presiden sementara Ukraina setelah sebelumnya terpilih menjadi ketua parlemen.

Meski pusat pemerintahan sudah berada di tangan kubu oposisi, pemilu sudah dijadwalkan berlangsung pada 15 Mei 2014, bukan berarti kubu terguling bergembira. Yanukovych dijadwalkan tampil di muka publik, Jumat (28/2/2014). Kerusuhan dan berkibarnya bendera Rusia di Crimea adalah gambaran bahwa Ukraina masih membara, tak peduli peringkat utang dan nilai mata uang mereka turun drastis dalam tiga bulan terakhir. Sebagai gambaran, berikut ini adalah pembagian peta wilayah Ukraina berbasis bahasa percakapan sehari-hari dan peta hasil Pemilu 2010, sebagaimana dikutip dari laman CNN.

Peta Ukraina berdasarkan penggunaan bahasa percakapan sehari-hari itu, bahasa Rusia atau bukan, juga menjadi basis pemetaan dukungan suara antara mantan Perdana Menteri Yulia Tymoshenko yang sekarang disebut sebagai pemimpin oposisi, dan presiden terguling Viktor Yanukovych.

AS menyerukan semua pihak untuk "mundur dan menghindari provokasi dalam jenis apa pun" seiring meningkatnya ketegangan di kawasan Crimea, Ukraina. Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan, ia telah melakukan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Rusia yang berjanji akan menghormati "integritas teritorial" Ukraina. Namun, John Kerry memperingatkan bahwa Moskwa harus mendukung kata-katanya dengan perbuatan.

Sebelumnya, kelompok pria bersenjata pro-Rusia menyerbu parlemen daerah Crimea yang condong ingin menjadi bagian Rusia, sedangkan Rusia sudah beberapa lama melakukan latihan militer. Sementara itu, parlemen Crimea mengumumkan akan mengadakan referendum untuk memperluas otonomi kawasan itu pada 25 Mei. Crimea, yang mayoritas penduduknya adalah etnis Rusia, dialihkan dari Rusia ke Ukraina pada 1954.

Sementara etnis Ukraina, yang setia dengan Kiev serta etnis Muslim Tatars yang anti-Rusia, telah membentuk aliansi untuk menentang segala tindakan yang mengarah ke Moskwa. Yanukovich di Rusia Presiden terguling Ukraina Viktor Yanukovych juga dilaporkan tampak di Rusia, setelah menghilang setelah ia dipecat oleh parlemen pekan lalu. Media Ukraina mengatakan, ia tiba di kota Rostov-on-Don, Rusia selatan, pada hari Jumat, di mana ia juga dilaporkan akan berbicara di sebuah konferensi pers.

Ia mengeluarkan sebuah pernyataan pada hari Kamis bahwa ia masih menganggap dirinya sebagai presiden sah Ukraina. Pemerintahan interim baru, termasuk Perdana Menteri Arseniy Yatsenyuk, disetujui oleh parlemen pada hari Kamis. Kelompok bersenjata pro-Rusia, Kamis (27/2/2014), menguasai gedung parlemen dan gedung-gedung pemerintah di wilayah Krimea, Ukraina. Orang-orang bersenjta itu mengibarkan bendera Rusia di atas gedung-gedung tersebut, kata sejumlah pejabat.

Sekitar 50 pria bersenjata berbaris memasuki gedung-gedung itu pada malam hari. Mereka lalu menaikan bendera Rusia di atap gedung dan menghalangi para pegawai pemerintah untuk masuk, kata Perdana Menteri Krimea, Anatoliy Mohilyov, kepada kantor berita AFP. Pemerintah setempat sedang bersiap-siap untuk "mengambil tindakan", kata Mohilyov tanpa memberikan rincian lebih lanjut. "Kami telah meminta pegawai pemerintah untuk tidak masuk kerja hari ini," kata pemerintah daerah dalam sebuah pernyataan.

Puluhan pria dalam pakaian tempur lengkap tetapi tanpa tanda afiliasi berbaris ke gedung-gedung pemerintah dan parlemen pada pagi hari dan menyingkirkan para penjaga tanpa perlawanan apapun, kata kantor berita Interfax-Ukraina yang mengutip sumber-sumber di parlemen. Laporan itu mengatakan bahwa mereka mencapai pintu masuk kompleks bangunan dengan menembaki pintu kaca tetapi tidak ada yang terluka.

Peristiwa itu muncul di tengah kekhawatiran akan meningkatnya separatisme di semenanjung yang sangat pro-Rusia itu di Laut Hitam setelah tersingkirnya presiden Ukraina yang pro-Moskwa, Viktor Yanukovych.

Kepala dewan lokal kaum minoritas Tatar Muslim Krimea, yang takut dengan setiap gerakan separatis pro-Rusia, menegaskan bahwa bangunan-bangunan itu telah dikuasai. "Saya diberitahu bahwa bangunan Verkhovna Rada Krimea (gedung parlemen) dan Dewan Menteri Krimenia (gedung pemerintah) diduduki oleh orang-orang bersenjata yang berseragam tetapi tanpa tanda-tanda pengenal," tulis Refat Chubarov di Facebook. "Mereka belum mengajukan tuntutan apa pun."

Laporan-laporan yang belum dikonfirmasi mengatakan, bangunan-bangunan itu sedang dikendalikan oleh kelompok-kelompok milisi berbahasa Rusia yang dibentuk penduduk setempat. Banyak warga Krimea, yang sebagian besar berbicara bahasa Rusia ketimbang Ukraina, sangat menentang pengambilalihan Ukraina oleh pasukan yang pro-Uni Eropa dan anti-Kremlin.