Meski pengendalian narkoba terus digalakkan di kawasan Asia, budi daya opium sebagai bahan baku narkotika jenis heroin, nyatanya terus meningkat di beberapa wilayah. Temuan ini dimuat di World Drug Report 2014 yang diterbitkan oleh Kantor PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC).
Seperti dikutip dari Xinhua, laporan yang diterbitkan dalam rangka memperingati Hari Anti-Narkoba Internasional ini menyebutkan, budi daya opium di Afganistan telah melonjak sebesar 36 persen dari 154 ribu hektare pada tahun 2012 menjadi 209 ribu hektare pada tahun 2013. Meski dilanda konflik bersenjata, negara ini masih menghasilkan sekitar 5.500 ton opium atau 80 persen dari produksi dari opium global. Budi daya opium di segitiga emas, Afganistan-Iran-Pakistan, kembali menggeliat sejak tahun 2006.
Tingginya budi daya opium ini meningkatkan kekhawatiran penyalahgunaan heroin di sejumlah negara Asia seperti Cina, Malaysia, Myanmar, dan Vietnam. "Pasar narkoba di Asia Timur dan Asia Tenggara yang dinamis bisa berkembang secara signifikan," kata Perwakilan Regional UNODC untuk Asia Tenggara, Jeremy Douglas.
Setiap tahun, 26 Juni diperingati sebagai Hari Anti-Narkoba Internasional (HANI). Sejak diputuskan pada 1987 lalu, peringatan HANI diharapkan bisa menjadi pengingat untuk mencapai tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam membentuk masyarakat internasional yang bebas dari penyalahgunaan narkoba.
Memang pengguna narkoba mencapai angka yang cukup tinggi. Menurut data dari Kantor PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC), sekitar 200 juta orang mengkonsumsi narkoba setidaknya satu kali dalam satu tahun. Dari jumlah tersebut, 25 juta di antaranya dianggap sebagai pencandu.
Jumlah yang tidak sedikit ini meningkatkan kekhawatiran global akan dampak narkoba bagi kesehatan. Efek negatif ini bervariasi, tergantung pada jenis obat yang dikonsumsi, dosis yang dipakai, dan frekuensi penggunaan. Bahkan, menurut UNODC, 200 ribu orang meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan narkoba ini.
Orang-orang muda dianggap lebih rentan terhadap penggunaan narkoba. Prevalensi penggunaan narkoba di kalangan anak muda diperkirakan dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan narkoba di kalangan populasi umum. Melihat kenyataan ini, sejak tahun 2000 UNODC mengeluarkan kampanye bahwa "Pengguna Narkoba Dapat Dicegah dan Diobati." PBB berharap kaum muda bisa dibekali dengan keterampilan, informasi yang cukup, dan peluang untuk menjalani kehidupan yang sehat sehingga dapat mencegah dampak negatif dari penyalahgunaan narkoba.
Penggunaan ganja di Amerika Serikat meningkat tajam sehingga membuat PBB khawatir. Apalagi beberapa negara bagian di AS kini melegalkan ganja. "Kami mencatat peningkatan penggunaan ganja di Amerika Serikat," kata Angela Me, seorang peneliti dari Kantor PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC), seperti dikutip Reuters, Kamis, 26 Juni 2014.
Dalam sebuah pertemuan tentang diskriminasi ganja, Angele mengatakan semakin banyak orang di seluruh dunia, baik di Amerika maupun Eropa, mencari pengobatan untuk gangguan kesehatan akibat penyalahgunaan ganja. Ditambah lagi, seperti yang ditulis dalam World Drug Report oleh UNODC ini, tingginya penggunaan ganja juga diimbangi oleh legalisasi di sejumlah daerah, seperti Washington dan Colorado, serta Uruguay. Meski memang terlalu dini untuk memahami dampak dari legalisasi ini.
Dalam perayaan Hari Anti-Narkoba Internasional tahun ini, UNODC mengkampanyekan pengguna narkoba bisa dicegah dan diobati. Mereka berharap semua pihak bisa mencegah penggunaan ganja, terutama pada kaum muda yang dianggap lebih rentan terhadap penggunaan narkoba.