Nobel Perdamaian tahun 2014 diberikan kepada dua pejuang untuk anak-anak, yakni Malala Yousafzai, 17 tahun, dan Kailash Satyarthi, 60 tahun. Keduanya dianugerahi uang 8 juta kronor atau sekitar US$ 1,11 juta. Menurut Ketua Komite Nobel Thorbjorn Jagland, mantan Perdana Menteri Norwegia, Malala dianugrahi Nobel Perdamaian atas keberaniannya memperjuangkan salah satu nilai islam yaitu mengejar pendidikan serta mengkritik milisi Taliban di Pakistan yang melarang anak-anak perempuan bersekolah.

Malala hampir kehilangan nyawanya ketika ditembak dikepala dari jarak dekat (point blank range) oleh milisi Taliban saat pulang dari sekolah khusus wanita menuju rumahnya di kawasan lembah Swat dengan menggunakan bus sekolah. Malala yang sekarang tinggal di London, Inggris, merupakan peraih Nobel Perdamaian termuda.

Adapun Satyarthi merupakan aktivis hak anak di India. Ia dikenal sebagai pengikut nilai-nilai hidup Mahatma Gandhi untuk melakukan perlawanan secara damai. Nominator untuk peraih penghargaan Nobel Perdamaian ada 278 orang. Jumlah ini lebih banyak 19 nominator dibanding tahun sebelumnya. Malala dan Satyarthi mengalahkan, antara lain, whistleblower Edward Snowden dan Chelsea Manning, Presiden Rusia Vladimir Putin, serta pemimpin tertinggi umat Katolik Paus Fransiskus.

Malala Yousafzai dinobatkan sebagai orang Asia Paling Berpengaruh dalam Penghargaan Kepemimpinan dan Keberagaman yang digelar di Inggris pada Rabu, 27 November 2013, malam waktu London. Seperti dikutip dari laman Daily Mail, gadis berusia 16 tahun ini mengalahkan pejuang buruh Keith Vaz dan Sadiq Khan, serta personel grup vokal One Direction, Zayn Malik. Malala dianggap telah membangkitkan kesadaran akan pemberdayaan perempuan.

Gadis yang sempat dinominasikan sebagai peraih Nobel Perdamaian tahun ini pernah ditembak dikepala dan terluka pada bulan Oktober tahun lalu. Ia ditembak setelah menentang pembatasan Taliban pada pendidikan anak perempuan di Pakistan. Selain Malala, penghargaan GG2 ini juga diberikan kepada kedua teman Malala, yakni Kainat Riaz dan Shazia Ramzan yang bersama Malala begitu berani melawan aturan Taliban.

Hingga kini, ketiga gadis muda ini terus sibuk mengkampanyekan hak-hak perempuan, terutama di bidang pendidikan. Sementara itu, Malala kini telah menetap dan bersekolah di Inggris. Peraih Nobel Perdamaian Kailash Satyarthi, 60 tahun, mengajak Malala Yousafzai, 17 tahun, bekerja sama dengannya untuk membantu anak-anak yang menderita di seluruh dunia.

"Kami berdua semestinya bekerja bersama. Saya mengenalnya secara pribadi. Mari kita bergandeng tangan untuk itu (damai)," kata Satyarthi, dalam pernyataan persnya setelah media memberitakan dirinya meraih Nobel Perdamaian bersama Malala. (Baca:Malala Yousafzai Raih Nobel Perdamaian)

Seperti dilansir The Times of India, Jumat, 10 Oktober 2014, aktivis hak anak ini sudah bekerja lebih dari 30 tahun untuk membantu melawan perbudakan anak dan perdagangan anak di negaranya. Pria kelahiran Vidisha, sekitar 50 kilometer arah Bhopal, India, ini merupakan pendiri lembaga swadaya masyarakat bernama Bachpan Bachao Andolan pada 1980. Ia melakukan aksi untuk melindungi hak-hak 80 ribu anak di India.

Satyarthi, yang dikenal sebagai pengikut setia Mahatma Gandhi dengan nilai-nilai anti perbudakan manusia dan berjuang dengan cara-cara damai, juga aktif di Global March Against Child Labor, gabungan dari sekitar 2.000 lembaga sosial dan organisasi serikat buruh di 140 negara.

Adapun Malala, remaja putri asal Pakistan, dikenal sebagai pengkampanye hak anak-anak, terutama anak perempuan, untuk mendapat pendidikan. Akibat keberaniannya melawan milisi Taliban yang melarang anak-anak perempuan bersekolah, ia ditembak dikepala dari jarak dekat (point blank range) saat pulang sekolah pada 2012. Upaya milisi Taliban membunuh Malala tak berhasil. Malala yang terluka diterbangkan ke London, Inggris. Setelah sembuh, perempuan asal Lembag Swat, Pakistan, itu aktif mengkampanyekan pendidikan bagi anak-anak di berbagai negara. Malala menjadi peraih Nobel Perdamaian termuda.

Pemberian Nobel Perdamaian untuk kedua pejuang dianggap bertujuan mendorong perdamaian di India dan Pakistan. Diharapkan lewat pemberian Nobel Perdamaian ini, ketegangan hubungan kedua negara bertetangga ini mencair dan bersama-sama berjuang.

"Ini hal penting bagi umat Hindu dan muslim, warga Pakistan maupun India, untuk bersama-sama berjuang untuk pendidikan dan menentang paham ekstrimis," kata Ketua Komite Nobel kewarganegaraan Norwegia, Thorbjoern Jagland.